Kamis, 25 Agustus 2011

Dinamika Islam di Jerman

Islam sudah sejak lama dikenal di Jerman. Banyak yang berpendapat bahwa pada akhir abad ke-17,  sedikit demi sedikit warga negara Jerman mulai mengenal Islam dan menunjukkan ketertarikannya untuk memeluk agama Nabi Muhammad SAW ini. Ketika itu, bangsa Turki yang mayoritas penduduknya muslim mulai memasuki kawasan Jerman guna melawan kolonialisme Barat, lalu mereka menetap hingga memiliki keturunan di sana. Selain faktor tersebut, bangkitnya Industri di Jerman membuat banyak dari warga muslim yang berasal dari Turki dan Timur Tengah melakukan imigrasi untuk mencari ladang pekerjaan di Eropa, termasuk di Jerman.
Sebenarnya perkenalan Jerman dengan Islam dapat ditarik ke rentang masa lebih jauh, yaitu mulai dari kemunculan kekhalifahan Islam di Spanyol yang bisa disebut sebagai masa kejayaan dan kekuasaan Islam di belantika negara-negara Eropa pada saat itu. Kejayaan Islam di Spanyol kala itu memang terbukti dengan menguasai aspek politik, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan yang jauh melampaui negara-negara Eropa lainnya.
Perang Salib juga dapat dikatakan sebagai momentum penting pengenalan Islam ke Jerman. Karena peperangan yang terjadi melibatkan beberapa bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan Inggris melawan pasukan muslim. Berakhirnya Perang Salib memberi dampak positif tersendiri bagi Jerman dengan terbangunnya toleransi antar agama dan kebudayaan. Lambat laun, warga Eropa semakin dekat dengan tradisi dan ajaran Islam melalui tingkah laku dan pola fikir warga muslim di sana.
Dalam perkembangannya di masa kini, Jerman kerap disebut sebagai salah satu negara Eropa yang memiliki penduduk muslim dengan jumlah terbesar, yaitu sekitar 3,7 juta jiwa. Saat ini Islam telah diperhitungkan sebagai agama yang diakui oleh pemerintah negara-negara Eropa, termasuk Jerman, dan menjadi agama terbesar kedua di sana. Seorang direktur perguruan tinggi Islam, Salim Abdullah mengungkap fakta yang mencengangkan belakangan ini, “Delapan belas ribu warga asli Jerman telah masuk Islam.”
Uniknya, salah satu penyebab banyaknya warga negara Jerman yang masuk Islam adalah karena faktor tekanan, penodaan yang sering ditujukan pada kaum muslimin yang tinggal di Barat. Tidak sedikit dari mereka yang dulu kerap menfitnah atau mengejek Islam dengan berbagai tuduhan, pada akhirnya justru mendapatkan hidayah melalui kejelasan dan kejujuran Islam dalam mengungkap kebenaran. Al-Qur’an yang dulu dianggap sebagai kebohongan semata, ternyata terbukti mampu mengalahkan kedangkalan akal fikiran dan hadir dengan segudang fakta masa lalu dan beragam solusi permasalahan umat manusia untuk sepanjang masa.  
Sebut saja, Hendrik Bruder, seorang penulis sekaligus wartawan kelahiran asli Jerman yang sebelumnya dikenal selalu memojokkan Islam. Tanpa diduga tiba-tiba ia diketahui telah masuk Islam secara mendadak dan lantas memberikan pernyataan terbuka kepada masyarakat tentang statusnya yang telah menjadi muslim. Semua terjadi setelah dirinya melakukan interaksi dan diskusi intensif dengan seorang Imam Masjid Ridha di Nicola. Hendrik Bruder mengaku, “Saya tidak meninggalkan agama, saya justeru kembali pada hakikat agama yang benar, yaitu Islam. Karena Islam agama yang sesuai fitrah, dimana semua anak manusia telah dilahirkan dalam kondisi demikian.”
Demikianlah, kemuliaan ajaran Islam terpancar dan datang melalui lubuk nurani setiap orang yang telah dianugerahkan hidayah Islam, meski dahulunya mereka adalah musuh-musuh besar yang menentang ajaran agama yang dibawa Muhammad SAW. “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali Imran: 54).
Perkembangan dakwah Islam di Jerman juga diwarnai dengan serangkaian pergerakan keagamaan di masjid-masjid yang tumbuh subur di sana. Dengan demikian, fungsi masjid tidak terfokus pada kegiatan ibadah ritual saja, melainkan juga mencakup kegiatan pendidikan, pengajaran, pernikahan, pertemuan sosial keagamaan dan juga sebagai pusat bisnis. Tradisi pengembangan masjid sebagai sarana multi fungsi ini diadopsi dari masyarakat muslim sejak awal kemunculan Islam di dunia. Pendirian masjid-masjid di Jerman telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan sehingga jumlahnya sampai saat ini sekitar 2000 masjid, meski sebelumnya mengalami berbagai tantangan bahkan kecaman dari pemerintahan setempat.

Semarak Ramadhan di Jerman
Ramadhan bagi warga negara Jerman bukanlah suatu hal yang asing. Warga negara Jerman yang muslim menyambut kedatangan bulan suci ini dengan penuh suka cita. Semua terbukti dengan adanya serangkaian kegiatan komunitas muslim dari warga negara asing seperti muslim Turki, yang ikut meramaikan Ramadhan dengan menyajikan makanan untuk berbuka puasa di beberapa restoran bagi kaum muslimin di Jerman. Selain itu, beberapa kedutaan besar negara yang mayoritas penduduknya muslim, termasuk KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) pun juga melakukan hal yang sama. Serangkaian acara buka puasa bersama, sholat tarawih dan ceramah singkat di bulan Ramadhan telah disusun dan dijadikan agenda tahunan KBRI di setiap bulan Ramadhan. Sasaran terbesarnya adalah masyarakat dan para pelajar Indonesia yang melanjutkan studi di sana.
Ramadhan di Jerman memang selalu berwarna nan indah, tetapi tidak demikian bagi sebagian orang yang belum terbiasa menjalankannya di musim panas. Saat musim panas, diperkirakan kaum muslimin akan menjalankan puasa mulai dari jam 03.00 pagi hingga jam 10.30 malam. Jangka waktu berpuasa yang panjang inilah yang akhirnya banyak dijadikan alasan oleh sebagian warga asing disana untuk dapat kembali ke tanah air mereka masing-masing. Alasannya karena mereka merasa keberatan dan tidak terbiasa menjalankan puasa Ramadhan selama itu.
Jerman memang bukan negara yang mayoritas penduduknya muslim. Dengan demikian, kehadiran Ramadhan di negara tersebut tidak bisa dijadikan ajang pendekatan diri kepada Allah sepenuhnya. Semua aktifitas dan tradisi yang biasa dilakukan di luar bulan Ramadhan juga akan tetap berlanjut di bulan tersebut. Mereka yang sudah terbiasa berpakaian seksi atau melakukan hal-hal yang dilarang dalam ajaran Islam, tetap berjalan dan terjadi seperti biasanya. Berbeda dengan negara yang mayoritas penduduknya muslim yang setidaknya lebih menghormati kehadiran Ramadhan dan mengurangi kebiasaan buruk yang dilakukan di bulan-bulan sebelumnya. Hal inilah yang juga kerap dianggap sebagai salah satu godaan terbesar masyarakat muslim Indonesia yang ada disana.
Saat ini sudah lebih dari 18.000 warga asli jerman telah menganut agama Islam. Dengan presentasi yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2006 ribuan warga Jerman dikabarkan telah memeluk agama Nabi Muhammad SAW ini, sedangkan pada tahun 2007 sudah terhitung seribu orang masuk Islam, demikian diakui oleh Menteri Dalam Negeri Jerman.  (EDITHYA/MG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar